Senin, 07 Juni 2010

Grow with Character! (98/100) Series by Hermawan Kartajaya - MarkPlus Mix: Passion for Knowledge, Business, Service, and People

MarkPlus Mix: Passion for Knowledge, Business, Service, and People

KALAU Marketing Mix punya 4P, MarkPlus juga punya 4P. Tapi, isinya berbeda. Bukan product, price, place, dan promotion, tapi empat passion yang harus dipunyai oleh para MarkPlus-ers! Saya tulis sejak lima tahun lalu untuk memberikan guidance bagi setiap insan MarkPlus.

Passion pertama adalah passion for knowledge. Saya tulis ini sebagai yang pertama karena itulah “nyawa” MarkPlus. Mempunyai passion for knowledge artinya, semua orang harus mau mengembangkan diri terus-menerus.

Landscape yang berubah mengharuskan kita mengembangkan diri pula. Tanpa ini, MarkPlus hanya akan menjadi sebuah perusahaan yang “statis”. Ini juga sejalan dengan apa yang saya lakukan selama ini. Pengembangan konsep marketing dari waktu ke waktu. Bahkan, bukan “reaktif”, tapi “proaktif”. Begitu melihat weak signal, kita selalu berani “ambil posisi”.

MarkPlus selalu berusaha jadi trend-setter, bukan hanya bisa jadi follow the leader. Mengapa? Ya, karena sejak awal, MarkPlus sudah jadi pionir. Sementara belum ada yang percaya bahwa marketing diperlukan, MarkPlus sudah mulai. Bahkan, langsung meredefinisi pengertian marketing itu sendiri. Dari “fungsi” jadi “jiwa” perusahaan. MarkPlus selalu ahead of time.

Pada 1990-an, MarkPlus sudah membuat “Marketing Plus 2000″. Sekarang di awal dekade ketiga milenium ketiga, MarkPlus sudah mengeluarkan New Wave Marketing yang akan benar-benar jadi marketing “baru” pada 2020!

Untuk mengonkretkan passion pertama ini, di kantor Jakarta, MarkPlus punya Philip Kotler Library dengan 3.000 plus buku marketing yang terus updated. Ditanggung merupakan perpustakaan marketing paling lengkap di Indonesia, jangan-jangan di ASEAN. Saya berani mengatakan ini karena saya tahu perpustakaan yang dipunyai Marketing Institute of Singapore dan berbagai kampus di sana.

MarkPlus juga tidak segan-segan memberikan scholarship pada yang “bisa” dan “dedikatif”. Kita kirim orang ke Nanyang, MIT, sampai Kellogg sekalipun untuk mendapatkan master. Para researcher juga sudah beberapa kali mengikuti konferensi internasional di berbagai negara. Tapi, pembelajaran terbesar di MarkPlus adalah di “internal” kita sendiri.

Kita memang belajar dari jurnal, buku, majalah, konferensi, sekolah bisnis, tapi di MarkPlus semuanya diolah menjadi “Model” sendiri. Itulah yang membuat MarkPlus jadi unik dan otentik. Punya DNA tersendiri! We don’t only read and teach other people’s concept, but we also write and practice our own model!

I am a teacher but I am also a thinker! Saya paling gak suka disebut “motivator”, karena saya adalah a composer who can sings!

Yang kedua adalah passion for business. Antara yang pertama dan kedua ini ada kaitan sangat erat. Saya merasa “MarkPlus is a Business Knowledge but also a Knowledge Business”. Artinya?

Kita membuat model-model marketing yang sangat berguna untuk bisnis. Pada saat yang sama, kita juga bisnis yang bergerak di bidang knowledge, khususnya marketing. Jadi, ini untuk mempertegas bahwa MarkPlus dasarnya adalah perusahaan, bukan LSM. Semuanya harus ada perhitungan bisnisnya. Bahwa akhirnya, bisnis itu “berbaur” dengan LSM, itu sih urusan lain.

Karena itu pula, kita menganjurkan semua orang di MarkPlus supaya punya jiwa entrepreneur. Dengan ini, kita juga sekaligus menegaskan bahwa kita harus mengelola MarkPlus sebagai suatu perusahaan. Punya pesaing, punya pelanggan, juga menghadapi persaingan yang cukup ketat. Dari “atas” yang berupa MNC dan dari “bawah yang orang-orang lokal dan suka membanting harga! Sekaligus dengan passion kedua ini, MarkPlus akan fokus di bidang marketing knowledge business itu sendiri.

Passion for business saya tulis sebagai passion kedua setelah passion for knowledge karena knowledge comes first! Saya percaya, kalau kita “eat, sleep, and dream” with the “business knowledge” so the “knowledge business” akan berjalan dengan sukses. Jangan dibalik!

Ketiga adalah passion for service. Mengapa? Ya, karena MarkPlus adalah a service knowledge business. Kita tidak berada pada industri manufacturing. Karena itu, setiap orang MarkPlus harus bisa “melayani” pelanggan.

Servis di MarkPlus bukanlah after sales service, tapi harus benar-benar menjadi service with care. MarkPlus harus menjadi “garda terdepan” untuk urusan servis. Karena itulah, kita juga sudah punya dan siap mengembangkan Christopher Lovelock Center for Asian Service.

Kita juga bekerja erat dengan Prof Jochen Wirtz di NUS dan Ron Kaufman dari Up Your Service. Kita sedang mengembangkan model care yang sangat berbeda dengan service. Di MarkPlus, siapa pun orangnya, harus mau dan “berani” memberikan servis. Bukan melayani raja, tapi memberikan servis penuh kepedulian layaknya kepada seorang teman yang kita sayangi.

P keempat adalah passion for people. Kita ajari orang-orang MarkPlus untuk tidak look down ke bawah, tapi tidak “minder” ke atas. Selain itu, semuanya diharapkan supaya bisa “inklusif ” ke kiri dan ke kanan.

Tidak ada gunanya memperhitungkan bangsa, suku, dan agama yang “vertikal”. Semuanya dididik jadi horizontal citizen of the world. Antara passion ketiga dan keempat ini ada hubungan yang sangat erat juga. MarkPlus is a People-oriented Service and A Service-based People Organisation!

Kita adalah perusahaan jasa berbasis orang, bukan teknologi. Tapi, kita juga suatu organisasi yang terdiri atas manusia-manusia berbasis servis.

Nah, kalau keempat passion ini diintegrasikan jadi satu, itulah MarkPlus! Saya menjadi personal model untuk empat P itu di MarkPlus. Walaupun selalu “gagal sekolah”, saya terus-menerus memburu dan mengembangkan pengetahuan.

Walaupun saya lahir di kampung sebagai anak pegawai negeri dan tidak punya keluarga wirausaha, saya terus mengembangkan bisnis sendiri. Walaupun sudah kelamaan jadi guru SMP dan SMA dan sampai sekarang pun punya jiwa “menggurui”, saya berusaha keras untuk melayani orang sebisa-bisanya.

Walaupun A Senior Citizen Man dari sononya, saya berusaha keras untuk selalu berjiwa youth, sensitif seperti women dan tidak gaptek seperti netizen.

Taufik yang sudah bersama saya mulai 1995 menjadi model saya di MarkPlus. Dia juga berasal dari kampung Salatiga di Jawa Tengah yang dulu pernah sekolah di ITB selama setahun.

Tapi, kemudian dia lulus di FE UI Jurusan Akuntansi. Dia sekarang adalah lulusan Nanyang Fellows, suatu program master yang elite dari Nanyang Business School berkolaborasi dengan MIT.

Passion for Knowledge-nya sejak dari dulu luar biasa. Taufik adalah walking encyclopedia di MarkPlus, tempat orang lain bertanya. Sedangkan passion for business-nya berkembang pesat walaupun bukan dari keluarga pedagang.

Sekarang dia malah jadi chief business officer atau CBO di MarkPlus. Tugasnya mengembangkan bisnis MarkPlus secara keseluruhan. Passion for service-nya luar biasa. Dia selalu mengutamakan external customer ketimbang urusan internal.

Dia bisa dan mau dihubungi kapan saja. Dia selalu “rewel” pada hasil riset yang akan dipresentasikan kepada klien. Sedang passion for people-nya juga hebat. Taufik bisa berbicara dengan siapa saja. Seorang pemimpin yang dekat, tapi disegani anak buah. Taufik juga tidak pernah “minder” bertemu siapa pun. Mau menteri, CEO, atau siapa pun.

Di MarkPlus, Taufik adalah orang yang “paling” mirip dengan saya dalam hal 4P! Dan, 4P itulah yang membedakan MarkPlus dari organisasi lain yang sejenis. Karena 4P itulah, jiwa orang MarkPlus-er. Yang cocok akan stay terus di atas “kapal” MarkPlus. Yang nggak cocok, biasanya ya tidak akan lama bertahan.

Apa boleh buat, memang harus ada “pemurnian” dari waktu ke waktu. (*)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar