Rabu, 14 April 2010

Grow with Charactr! (72/100) Series by Hermawan Kartajaya - Untung Ada Krisis Asia, Bangga Jadi Arek Suroboyo

Untung Ada Krisis Asia, Bangga Jadi Arek Suroboyo

PERJALANAN MarkPlus setelah memasuki milenium ketiga pada 2000 semakin smooth. Gara-gara krisis Asia, saya bisa membawa MarkPlus mendapat pengakuan internasional. Buku Repositioning Asia terbitan John Wiley ada di mana-mana.

Di Changi Airport, saya melihat ada poster sangat besar dipasang di situ. Begitu juga di semua toko buku di Singapura, termasuk Kinokuniya dan MPH.

Saya hampir-hampir nggak percaya ketika melihat buku itu dipajang di rak best-seller berminggu-minggu di sana. Kalau di Indonesia, ya sudah biasa saja. Setelah menerbitkan lima seri Marketing Plus dan buku-buku lain di Indonesia, tulisan atas nama saya diburu penerbit. Bermula dari Pustaka Sinar Harapan, ketika belum ada yang mau menerbitkan, sampai ke Gramedia, Mizan, bahkan penerbit Jawa Pos! Tapi, kalau di luar negeri, waktu itu benar-benar kayak mimpi!

Launching buku pertama bersama Philip Kotler itu "resminya" dilakukan di Bangkok pada 2000. Pas ketika saya menyerahkan jabatan president Asia Pacific Marketing Federation (APMF) kepada Khun Suphat dari Marketing Association of Thailand (MAT). Pada pertengahan 2000 itu, saya dan Pak Y.W. Junardy sebagai Sekjen bisa bangga menyerahkan jabatan pimpinan itu pada Thailand. Kami berdua berhasil "menyelamatkan" APMF di tahun-tahun kritis 1998-2000!

Kami berdua bangga sebagai orang Indonesia yang negaranya "paling krisis", tapi tidak mengambil uang sesen pun dari kocek APMF. Pembukuan yang kita serahkan cuma ada "pemasukan", tidak ada "pengeluaran" sama sekali. Semua kegiatan selama masa krisis dibiayai sponsorship! Kami semua delegasi Indonesia di Bangkok ketika itu bisa "mendongakkan kepala" karena sudah menyelesaikan tugas dengan baik.

Upacara serah terima di Bangkok itu dihadiri juga oleh Princess Sirindhon, putri tercinta Raja Bumibhol di kampus terhormat Chulalangkorn! Aneh juga dan sekaligus unik. Saya menerima jabatan ketua APMF di Tokyo pada 1998 dari Australia di depan Princess Jepang. Dan, menyerahkan jabatan pada Thailand di Bangkok di depan princess-nya juga. Bersamaan dengan itu, buku saya pertama dengan Philip Kotler diluncurkan di depan para delegasi World Marketing Conference yang diselenggarakan bersama even tersebut. Launch disponsori Andersen Consulting (AC), Asia.

Ini sesuai dengan perjanjian "barter" antara Mike dan logo AC. Michael Hermawan boleh bekerja untuk meriset dan menulis buku saya selama setahun, tetap mendapat tunjangan penuh AC. Tapi, AC menaruh logonya di kover depan buku! Juga hasil riset AC tentang krisis Asia masuk buku Repositioning Asia. Bagi saya, itulah penutup dekade pertama dan sekaligus pembukaan dekade kedua MarkPlus Professional Service!

Dimulai dari Surabaya pada 1 Mei 1990, masuk Jakarta dua tahun kemudian. Mulai diakui punya kelas nasional setelah lima tahun, tapi terkena krisis hebat pada 1998. Tapi, justru dengan krisis Asia itulah, MarkPlus lantas bangkit secara internasional. Tepat sepuluh tahun kemudian, Mei 2000, saya bisa membawa MarkPlus mulai mengibarkan bendera internasional! Sesudah itu, yang saya lakukan adalah melakukan penguatan ke dalam dan keluar.

Ke dalam, konsolidasi tiga divisi yang ada, yaitu Consulting, Research, dan Education. Handi Irawan Djuwardi yang bergabung di MarkPlus pada saat-saat awal di Jakarta, sudah mendirikan Frontier. Karena itu, saya pun segera membangun Divisi Research yang dulu dikomandani Hartono Anwar. Hartono Anwar sekarang juga sudah punya perusahaan riset sendiri bersama beberapa alumnus MarkPlus. Akhirnya divisi riset kita sekarang menjadi MarkPlus Insight yang kayaknya sudah jadi perusahaan riset ad hoc terbesar di Indonesia.

Divisi ini sering mengerjakan proyek regional dan bekerja sama dengan lembaga riset internasional. Taufik dan Hasanudin yang alumnus ITS adalah dua orang yang akhirnya memimpin MarkPlus Insight sampai sekarang. Education Division juga saya solidkan dengan Handito sebagai pimpinan. Pernah bernama MarkEdu dan ketika mulai berkembang pesat, Handito memilih jalan sendiri membuka Arrbey Indonesia. Divisi ini saya solidkan juga karena jiwa saya sebagai guru pas dengan yang dikerjakan.

Kepemimpinan Yuswohady dan Ence membesarkan MarkPlus Institute of Marketing (MIM) dan sekarang dilanjutkan serta diperkuat oleh Jacky Mussry dan Alex Mulya. Sekarang MIM adalah lembaga pelatihan marketing terbesar di Indonesia yang banyak meng-outsource pelatihan berbagai perusahaan.

Bagaimana dengan consulting? Inilah yang saya rintis sejak 1990. Sejak bergabungnya Suryo Sukarno yang pernah tinggal dan menjadi konsultan di Amerika selama 14 tahun, divisi ini pun makin qualified. Akhirnya menjadi satu-satunya perusahaan konsulting lokal yang world class setelah Mike bergabung ke MarkPlus.

Setelah lulus dari Kellogg MBA, Mike bekerja di AT Kearney selama tiga tahun dan menangani berbagai proyek consulting di region. Karena itu, dialah yang kemudian membuat MarkPlus Consulting jadi the real professional consulting company di Indonesia.

Ke luar, saya mulai membuka kantor di Bandung dan Semarang pada 2002. Dengan demikian, pada waktu itu, setelah dua belas tahun, MarkPlus sudah ada di empat kota besar di Indonesia. Tiga tahun kemudian, MarkPlus juga ada di Medan. Sekarang juga ada di Makassar dan Bali.

Konsolidasi ke dalam dan ke luar ini tentu saja berjalan dengan diterbitkannya buku-buku internasional saya berikutnya. Selain itu, ada pengembangan regional yang akan saya ceritakan lain kali. Tulisan ini hanya ingin memberikan executive summary tulisan selama dua minggu ke belakang. Apa itu?

Kesimpulannya hanya dua! Satu, untung ada krisis Asia, di mana Indonesia kena krisis paling hebat! Dua, untung saya orang Indonesia dan bangga jadi arek Suroboyo yang "bonek". (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar